REOG PONOROGO JAKARTA

Halaman

Beranda

Jumat, 05 April 2013

Barongsai and Reog Ponorogo; KUNCUNG SEMAR (Tahlil 40 Hari Gus Dur)

Diposting oleh Unknown di 20.09

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Label: Publishing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

PROFILE

Unknown

Lihat profil lengkapku

ADIGUNA GROUP

Adiguna Karya Nusantara (Traditional Art Management)

Sanggar Reog Ponorogo "Singo Taruno Adiguno"

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi

Sanggar Seni Reyog Ponorogo "Satria Budaya Adiguna"

Kota Depok

Sanggar Reyog Ponorogo "Duta Budaya Nusantara"

Kabupaten Pacitan - Propinsi Jawa Timur

Link

http://facebook.com
http://yahoo.com
http://google.com

OFFICE

Kp. Parung Belimbing RT. 005/017 Kel. Depok Kec. Pancoran Mas - Kota Depok
Phone : 021-68160924
Phone : 0856-808-9293

ART CENTER

Jati Cempaka, Pondok Gede - KOTA BEKASI

Arsip Blog

► 2009 (24)
- ► Juni (24)

► 2011 (45)
- ► April (19)
- ► Mei (13)
- ► Juni (7)
- ► Oktober (6)

► 2012 (15)
- ► Juni (8)
- ► Oktober (1)
- ► Desember (6)

▼ 2013 (10)
- ► Maret (1)
- ▼ April (5)
- ► Mei (1)
- ► Juni (3)

► 2014 (3)
- ► Januari (3)

Lencana Facebook

Adiguna Karya Nusantara

Buat Lencana Anda

FACEBOOK

Reyog Ponorogo Jakarta

Buat Lencana Anda

Label

Picture (29)
Publishing (26)
Reog Ponorogo (15)
Satria Budaya Adiguna (3)
Sejarah Reog Ponorogo (6)
Singo Taruno Adiguno (4)
Singo Taruno Adiguno (Event) (13)
Singo Taruno Adiguno (Prestasi) (5)

Label

Picture (29)
Publishing (26)
Reog Ponorogo (15)
Satria Budaya Adiguna (3)
Sejarah Reog Ponorogo (6)
Singo Taruno Adiguno (4)
Singo Taruno Adiguno (Event) (13)
Singo Taruno Adiguno (Prestasi) (5)

Translate

Pengikut

SINOPSIS REYOG PONOROGO

KERAJAAN BANTARANGIN

Diceritakan dengan singkat setelah melakukan pendadaran di Pertapaan Gunung Lawu R. Panji Klono/R. Siswo handono dan R. Bagus Joko Pujang melanjutkan perjalanan berkelana hingga sampai ke wilayah Wengker (Ponorogo), selanjutnya mendirikan Kerajaan yang diberi nama Kerajaan Bantarangin.

R. Panji Klono/R. Siswo handono kemudian bergelar Sang Prabu Sri Kelono Sewandono, dan R. Bagus Joko Pujang diangkat sebagai Patihnya dengan nama Patih Pujonggo Anom.

Kerajaan Bantarangin mempunyai perangkat negara yaitu Prajurit Kolor Sakti yang disebut Warok dan Pasukan Berkuda yang disebut Jathil

WAROK

Bala tentara serta garda terdepan Kerajaan Bantarangin adalah Prajurit Kolor Sakti yang lazim disebut Warok.

Prajurit Kolor Sakti (warok) yang gagah berani ini dilatih langsung oleh Patih Pujonggo Anom sehingga para warok mempunyai kekuatan dan kesaktian yang luar biasa. Prajurit warok sangat setia dan patuh kepada Raja tercinta meraka, sehingga para warok dipercaya untuk dapat mengemban tugas diseluruh pelosok wilayah Kerajaan Bantarangin.

JATHIL

Pasukan berkuda Kerajaan Bantarangin yang lazim disebut Jathil (Jathilan) adalah prajurit terampil dan terlatih serta prajurit yang setia kepada Raja mereka tercinta. Dengan gerak dan perwatakan yang lincah dan rampak (kompak) mereka dapat dengan mudah menguasai medan perang dalam kondisi apapun.

SAYEMBARA KERAJAAN KEDIRI

Konon di Kerajaan Kediri mempunyai seorang Putri yang berparas cantik dan menawan bernama Dewi Dyah Ayu Songgolangit, sehingga para Menteri dan Bupati menginginkannya menjadi Prameswari atau pendapingnya. Akan tetapi para pelamar itu tidak ada yang diterimanya. Sang Raja Kediri marah besar kepada putrinya, kemudian untuk memenuhi keinginan ayahanda tercinta sang putri mengajukan persyaratan (sayembara) yang harus dipenuhi oleh para pelamar yaitu :

1. Dibuatkan terowongan bawah tanah antara daerah Wengker (Ponorogo) hingga Kerajaan Kediri dalam waktu semalam.

2. Menginginkan binatang dengan bentuk satu badan dua kepala.

3. Menciptakan kesenian yang belum ada di tanah jawa sebagai iring-iringnan pernikahannya.

Sayembara tersebut sampai terdengar di Kerajaan Bantarangin. Sang Prabu Kelono Sewandono tertarik dengan gadis yang di idam-idamkan dalam mimpinya tersebut.

SANG PRABU SRI KELONO SEWANDONO

Raja muda Kerajaan Bantarangin dengan gelar Sang Prabu Sri Kelono Sewandono adalah Raja sakti dengan perwatakan amanah dan bijaksana, sehingga berwibawa di hadapan semua aparatur Negara serta rakyatnya. Tidak disangsikan lagi bawahan dan rakyatnya pun sangat cinta dan setia kepada beliau.

Sang Prabu Sri Kelono mempunyai senjata sakti yang bernama PECUT (CEMETI) SAMANDIMAN, yang apabila dicambukan gunung dapat lebur dan lautan dapat kering (disabetake gunung jugrug segoro asat).

Prabu Sri Klono Sewandono menyanggupi persyaratan tersebut, kemudian untuk syarat pertama sudah dipenuhi melalui kesaktian Patih Pujonggo Anom (Ajian Welut Putih) membuat terowong dalam waktu semalam.

Setelah persyaratan pertama terpenuhi kemudian Patih Pujonggo Anom membawa iring-iringan pasukan Bantarangin yang terdiri dari 144 prajurit berkuda dan pasukan kolor sakti (warok) menuju Kerajaan Kediri.

PATIH PUJONGGO ANOM

Patih Pujonggo Anom yang lazim disebut Pucang Ganong, Bujang Ganong, Ganongan adalah merupakan gambaran nyata Kerajaan Bantarangin. Dengan memiliki kesaktian yang luar biasa serta perwatakan yang gagah berani, jujur dan merakyat Patih Pujonggo Anom sangat dicintai kawula/rakyat Bantarangin.

Patih Pujonggo Anom mempunyai ajian sakti yaitu AJIAN WELUT PUTIH, dengan ajian tersebut dapat menembus (masuk) menerowong bumi.

Konon cerita Patih Pujonggo Anom memakai topeng (buruk rupa) adalah untuk melakukan penyamaran, dengan perwatakan yang cerdik, enerjik (lincah) dan lucu sedikit nakal sehingga berbeda dengan sifat aslinya yang berwibawa.

PERANG DI ALAS (HUTANG) LUDOYO

Dalam perjalanan ke Kerajaan Kediri Patih Pujonggo Anom bersama pasukan Warok dan Jathil dihadang oleh penguasa alas (hutan) ludoyo yang lazim disebut Sang Singo Barong.

SINGO BARONG

Sang Singo Barong yang berwujud kepalanya harimau badannya manusia. Penguasa sakti yang sangat buas, mempunyai pasukan bala tentara jin, setan dan seluruh binatang penghuni hutan (alas roban). Sang Singo Barong ini mempunyai ajian sakti yaitu Ajian Macan putih, dan juga mempunyai hewan kesayangan yaitu Burung Merak yang mempunyai tugas membersihkan kutu-kutu yang ada di kepalanya.

Terjadilah pertempuran yang sangat dasyat antara pasukan Kerajaan Bantarangin dengan Penghuni Alas Ludoyo. Pada pertempuran ini Pasukan Kerajaan Bantarangin dapat dipukul mundur oleh para penghuni alas ludoyo dikarenakan peperangan yang tidak seimbang.

Kemudian Patih Pujonggo Anom melaporkan kekalahannya tersebut ke Sang Prabu Sri Kelono Sewandono. Raja Bantarangin tersebut marah besar, selanjutnya beliau langsung memimpin pasukan Kerajaan Bantarangin untuk melawan penghuni alas ludoyo.

Beliau maju dimedan laga seorang diri menghadapi Sang Singo Barong. Adu kesaktianpun terjadi, dengan senjata sakti yang beliau miliki yaitu Pecut (Cemeti) Samandiman luluh lantah sudah Sang Singo Barong dan mengakui kekalahannya dengan berjanji bahwa sampai anak cucunya dia akan mengabdi kepada Raja Bantarangin tersebut.

PELAMARAN KE KERAJAAN KEDIRI

Dengan kekalahan Raja Singo Barong tersebut telah terpenuhi syarat kedua, yaitu binatang satu badan dua kepala (harimau & merak), melengkapi serah-serahan Kerajaan Bantarangin.

Selanjutnya syarat ketiga dipenuhi dengan menggambungkan berbagai alat musik gamelan yang ada di tanah Bantarangin seperti : Gong Beri, Kenong, Selompret (Terompet), dan lain-lain. Pada awalny gamelan tersebut merupakan alat sandi untuk kepentingan rakyat, seperti Gong Beri dan Kenong/kempul, merupakan alat memanggil penduduk sebagai tanda pengumuman dari Raja dan Terompet (selompret) sebagai tanda penghormatan kepada Raja. Patih Pujonggo Anom mengkolaborasi bunyi yang dipukul bertalu-talu oleh kawula alit/rakyat tersebut menjadi irama yang indah.

Dikarena kekompakan/kebersamaan semua peserta arak-arakan yang terdiri dari berbagai unsur dan element tersebut akhirnya menjadi suatu tontonan yang bernilai seni tinggi dan lazim disebut “REYOG” yang artinya SAIYEG SAEKO PROYO (Gotong Royong).

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.