Halaman

Selasa, 02 Juni 2009

Sejarah Reog Ponorogo

REOG merupakan suatu cerita rakyat Ponorogo yang kemudian hari menjadi suatu seni budaya yang adi luhung, sehingga sampai saat ini kata reog pasti diikuti dengan daerah yang dikenal dengan sejarah reognya yaitu Ponorogo. Pada saat ini rakyat Indonesia mengenalnya dengan Reog Ponorogo.
Reog Ponorogo diceritakan turun temurun di daerah Ponorogo dengan berbagai versi, dikarenakan sudah terlampau tuanya cerita rakyat ini. Keterlampauan tuanya cerita Reog Ponorogo tidak mengurangi penerusnya untuk berkarya dan mengembangkan kesenian Reog Ponorogo. Saat ini sudah beratus-ratus grup Reog Ponorogo yang menyebar di Nusantara tercinta kita, dikarenakan kecintaan para penerus Reog Ponorogo akan seni tradisional yang begitu unik dan berbudaya.
Sejarah
Reog Ponorogo ini tak luput dari sejarah kerajaan yang berada di daerah Jawa Timur. Adapun kerajaan yang ikut andil dalam sejarah Reog Ponorogo ini yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin (Ponorogo). Selain itu adapun daerah yang sampai saat ini ikut andil dalam sejarah Reog Ponorogo yaitu seperti daerah Gunung Lawu, Gunung Wilis dan Alas Lodoyo (Alas Roban)-Tulung Agung.
Adapun tokoh-tokoh yang terlibat secara umum dalam sejarah terjadinya Reog Ponorogo adalah :
1. Prabu Sri Klono Sewandono : Raja Kerajaan Bantarangin
2. Patih Pujonggo Anom (Ganongan) : Patih Kerajaan Bantarangin & Putra Raja Kediri
3. Warok : Prajurit Kolor Sakti Kerajaan Bantarangin
4. Jatilan : Prajurit Berkuda Kerajaan Bantarangin
5. Sang Singo Barong : Penguasa Alas Lodoyo
6. Prabu Lembu Amiseha : Raja Kerajaan Kediri
7. Putri Dyah Ayu Songgolangit : Putri Kerajaan Kediri

Sejarah Singkat :
1. Pertapaan Gunung Lawu
Ki Andjar Lawu menpunyai 2 (dua) orang murid yang bernama Klono Sewandono dan Pujonggo Anom. Setelah dibina sekian tahun lamanya mereka dinyatakan lulus dan mendapatkan kesaktian yaitu :
- Prabu Klono Sewandono : Pecut (Cemeti) Samandiman
- Pujonggo Anom : Ajian Welut Putih dan Topeng Sakti

2. Kerajaan Bantarangin
Setelah dari Gunung Lawu Klono Sewandono melanjutkan perjalanan dan mendirikan Kerajaan Bantarangin dengan gelar Sang Prabu Sri Kelono Sewandono. Kemudian Pujonggo Anom diangkat sebagai Patihnya. Adapun bala tentara Kerajaan Bantarangin adalah Pasukan Kolor Sakti (Warok) dan Prajurit Berkuda (Jatilan).

3. Alas(Hutan) Ludoyo
Alas Lodoyo dengan Penguasanya Sang Singo Barong yang berwujud kepalanya harimau badannya manusia. Penguasa sakti yang sangat buas, mempunyai pasukan bala tentara jin, setan dan seluruh binatang.penghuni hutan (alas roban). Sang Singo Barong ini mempunyai ajian sakti yaitu Ajian Macan putih, dan juga mempunyai hewan kesayangan yaitu Burung Merak yang mempunyai tugas membersihkan kutu-kutu yang ada di kepalanya.

4. Kerajaan Kediri
Raja Kediri mengadakan sayembara untuk peminangan putrinya yang bernama Dyah Ayu Songgolangit, adapun putrinya ingin dipersunting oleh para pelamar manapun dengan persyaratan :
1. Dibuatkan terowongan bawah tanah dalam waktu semalam.
2. Menginginkan binatang dengan bentuk satu badan dua kepala.
3. Menciptakan kesenian yang belum ada di tanah jawa sebagai iring-iringnan pernikahannya.

5. Pelamaran Raja Bantarangin
Prabu Sri Klono Sewandono menyanggupi persyaratan tersebut, kemudian untuk syarat pertama sudah dipenuhi melalui kesaktian Patih Pujonggo Anom (Ajian Welut Putih) membuat terowong dalam waktu semalam.
Setelah persyaratan pertama terpenuhi kemudian Patih Pujonggo Anom membawa iring-iringan pasukan Bantarangin yang terdiri dari 144 prajurit berkuda dan pasukan kolor sakti (warok) menuju Kerajaan Kediri melalui hutan belantara, akan tetapi pasukan tersebut di hadang oleh Sang Singo Barong dan terjadilah pertempuran yang dimenangkan Sang Singo Barong. Kemudian Patih Pujonggo Anom melaporkan kejadian tersebut kepada Prabu Sri Kelono Sewandono, marah besar sudah Raja Bantarangin tersebut-langsung saja dia maju dimedan laga seorang diri menghadapi Raja Singo Barong. Adu kesaktianpun terjadi, dengan Pecut (Cemeti) Samandiman luluh lantah sudah Raja Singo Barong dan mengakui kekalahannya dengan berjanji bahwa sampai anak cucunya dia akan mengabdi kepada Raja Bantarangin tersebut.
Dengan kekalahan Raja Singo Barong tersebut telah terpenuhi syarat kedua, yaitu binatang satu badan dua kepala (harimau & merak).
Selanjutnya syarat ketiga dipenuhi dengan menggambungkan berbagai alat musik gamelan yang ada di tanah Bantarangin seperti : Gong Beri, Kenong, Selompret (Terompet), dan lain-lain. Pada awalny gamelan tersebut merupakan alat sandi untuk kepentingan rakyat, seperti Gong Beri dan Kenong/kempul, merupakan alat memanggil penduduk sebagai tanda pengumuman dari Raja dan Terompet (selompret) sebagai tanda penghormatan kepada Raja. Adapun Singo Barong dan Binatang kesayangannya (Burung Merak) – Satu Badan Dua Kepala, melengkapi serah-serahan Kerajaan Bantarangin. Inilah asal muasal terjadinya KESENIAN REOG PONOROGO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar